Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyarankan pemerintah untuk
menggunakan cara baru bila hendak mengadakan pelatihan lagi bagi para
guru. Alasannya pemerintah masih menggunakan cara konvensional yang
harus sudah diganti dengan gaya baru.
Wakil Sekjen
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim, menyebutkan
pelatihan guru yang diadakan Kemendikbud RI harus berbasis 4B1E.
“Pelatihan guru jangan lagi dikumpulkan ramai-ramai 1-2 hari kemudian
pembicaranya di depan berceramah dari A-Z, pulang dapat sertifikat,”
ujar dia.
FSGI telah menyuarakan pelatihan berbasis 4B1E kepada
Kemendikbud RI, yaitu, pertama, berbobot dan berkualitas, artinya
pelatihan tidak harus lama dan tidak cepat juga, yang terpenting adalah
efisien dan mengena. B berikutnya bermakna dan bermanfaat atau sesuai
kebutuhan guru bukan kemauan negara, karena kekurangan guru di
masing-masing daerah berbeda. Misal di Jakarta, kompetensi gurunya sudah
mumpuni, belum tentu di daerah lainnya sama dengan di Jakarta.
Selanjutnya,
berdampak dan berkelanjutan yang artinya memberikan dampak positif
terhadap proses pembelajaran, mulai dari cara mengajar guru hingga hasil
belajar para muridnya. Terakhir adalah Evaluasi, dan setelah semua
dilaksanakan, maka perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui bagian mana
yang masih kurang.
Jika pemerintah tetap ngotot
menghadirkan pelatih guru dari luar negeri, mereka harus bisa
berkolaborasi dengan ribuan guru berprestasi yang dimiliki Indonesia.
Termasuk yang diberdayakan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK),
guru-guru berprestasi itu kan 'diproduksi' dari kampus-kampus LPTK.
Para
jebolan LPTK diharapkan tidak lepas tanggung jawab, khususnya ketika
pemerintah menilai kompetensi guru di Indonesia masih rendah. “Mestinya
kampus-kampus LPTK yang banyak profesor dan doktornya ini juga
bertanggungjawab. Yang sedang berjalan ini 1.200 guru (yang dikirim ke
luar negeri), mestinya ini yang diberdayakan, karena mereka hampir satu
bulan dilatih di luar negeri,” papar dia.
Sumber:
Republika