Senin (4/11) di Ruang Sidang Graha 1,
Gedung A Lantai 2 Kompleks Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) diadakan Forum Silaturahmi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) dengan mengangkat tema “Memajukan Profesi Guru”.
Mengacu surat undangan Kemdikbud Nomor 118841/A.I1/TU/2019 Tanggal 29
Oktober 2019 selain Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), turut
diundang 22 organisasi profesi dan persekolahan lain seperti Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI), Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI),
Ikatan Guru Indonesia (IGI), Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI), Taman
Siswa, Majelis Dikdasmen Muhammadiyah, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama,
LPP Maarif NU, Majelis Pendidikan Kristen, Majelis Nasional Pendidikan
Katolik, Komunitas Guru Belajar, Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak (IGTKI),
Komunitas Guru TIK/KKPI Nasional (KOGTIKNAS), Asosiasi Guru Teknologi
Informasi Indonesia (AGTIFINDO), Federasi Guru TIK dan KKPI Nasional
(FGTIKNAS), Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI), Asosiasi Guru
Fisika Indonesia (AGFI), Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak
Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), Kampus Guru Cikal, ANPS, dan PSSI/SPK.
Kegiatan Forum Silaturahmi dibuat dalam
konsep dialog dengan dimoderatori Supriano selaku Dirjen Guru dan Tenaga
Kependidikan (GTK).
Pada kesempatan tersebut Mendikbud Nadiem
Makarim menyampaikan bahwa sebagai Mendikbud ia masih perlu untuk
belajar, “itulah mengapa saya tidak memiliki program 100 hari dan lebih
memilih untuk mendengar suara guru agar kebijakan yang diambil sesuai
dengan aspirasi stake holder”, ungkapnya. Nadiem sangat ingin
pembicaraan dalam forum bukan hanya fokus kepada problematika tetapi
mengarah kepada solusi dan apa yang perlu dikerjakan oleh Kemdikbud.
Sebelum forum dialog ini diadakan panitia kegiatan dari Dirjen GTK
serta Pusat Analisa dan Kebijakan (Paska) sudah meminta agar setiap
perwakilan membuat bahan pemaparan berisikan tiga problematika beserta
solusi yang diberikan. Sedianya semua akan diberikan kesempatan untuk
menyampaikan secara langsung bahan pemaparan yang sudah dibuat, namun
setelah dialog berjalan ternyata kompleksitas masalah dan keterbatasan
waktu membuat dialog berjalan kurang efektif. Sehingga moderator,
Supriano mengarahkan agar dibuatkan pertemuan lanjutan secara khusus
untuk membicarakan berbagai problematika dan solusi di dunia Pendidikan.
Beberapa perwakilan seperti PGRI, IGI, Taman Siswa, KOGTIK, dan HIMPAUDI mendapatkan kesempatan berbicara pada sesi ini.
Secara terpisah, Presiden AGSI, Sumardiansyah memberikan tanggapan,
“diantara yang sudah disampaikan, saya menyimak benar dialog yang
berjalan selama hampir 90 menit, dalam pandangan saya forum silaturahmi
ini merupakan pertemuan yang bersifat dialogis-urun rembug sehingga
setiap informasi yang disampaikan tidak serta merta bisa kita serap
begitu saja, apalagi kemudian memandangnya sebagai sebuah kebijakan yang
bersifat pasti”. Beberapa masukan yang disampaikan dalam forum seperti
penghapusan beberapa mata pelajaran, penghapusan anggaran peningkatan
kompetensi, perubahan Kurikulum tampaknya menjadi viral di media sosial
yang dampaknya justru meresahkan guru dan menimbulkan polemik baru.
“Saya pikir kita perlu kritis, logis, objektif dan bijak dalam
menanggapi ini semua, beberapa hal yang disampaikan memang baik dan bisa
dijalankan, namun hal lain sepertinya perlu dilihat secara komprehensif
dampaknya secara luas, perlu ada kajian mendalam agar tidak keliru
dalam penerapannya”. Saya berharap Tim Kemdikbud menghimpun dan membuka
akses ke publik mengenai berbagai pemaparan yang sudah dibuat oleh para
organisasi profesi dan persekolahan, sehingga dialog secara kolektif
bisa lebih terbangun, saling mempelajari pemaparan, bahkan saling
mengkritisi satu sama lain dalam kerangka yang konstruktif menuju
perbaikan dunia pendidikan. “Dialektika adalah hal yang lumrah dan
sebuah keniscayaan, literasi ini perlu dibangun dan dibuka ruang dialog
seluas-luasnya, fungsi Pemerintah adalah memfasilitasi ini semua”,
tegas Sumardiansyah.