
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengapresiasi keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (
Kemendikbud) yang mengizinkan pembukaan sekolah dan kegiatan belajar tatap muka di wilayah
zona hijau. Namun, FSGI menilai, rencana itu tidak akan semudah dalam pelaksanannya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
FSGI selama
6-8 Juni 2020, sebanyak 55,1% sekolah belum siap dengan kenormalan baru
dalam pembelajaran. Ada sejumlah kendala yang dialami sekolah terkait
kesiapan membuka aktivitas belajar mengajar tatap muka, di antaranya
kesiapan sarana-prasarana sekolah dan anggaran.“Ada
53% responden sekolah yang belum siap dari segi sarana prasarana
penunjang pembelajaran untuk mendukung kenormalan baru, terutama di zona
hijau,” kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan Salim dalam
paparannya secara daring, Selasa (16/6/2020).
Berikutnya terkait
protokol kesehatan dengan persentase 49,2%. Hal itu dinilai sangat
logis karena Kemendikbud dan Kementerian Agama (Kemenag) belum membuat
protokol kesehatan sekolah di masa kenormalan baru. Bila
disosialiasikan, maka membutuhkan waktu lebih lagi.
Persoalan
lainnya yaitu kesiapan anggaran yang mencapai 47%. Menurut Satriwan,
masih banyak sekolah tidak tahu sumber uangnya untuk memenuhi semua
kebutuhan sarana prasarana.
“Sampai
sekarang pemerintah pusat dan daerah juga belum membuat realokasi
anggaran khusus (misalnya) untuk penyiapan sarana tersebut. Jadi sekolah
masih menunggu kebijakan anggaran yang bisa dipakai untuk menyiapkan
semua kebutuhan sarana infrastruktur,” ujarnya.
Bila menggunakan
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), belum sepenuhnya cukup untuk
memenuhi segala kebutuhan sekolah. Sebab, setiap sekolah memiliki
persoalan sendiri dan pemanfaatan dana tersebut seperti untuk gaji guru,
perlengkapan belajar, penyediaan fasilitas protokol kesehatan, dan
lainnya.
“Harus ada alokasi anggaran khusus di luar Dana BOS
untuk memenuhi kebutuhan penyediaan sarana-prasarana penunjang protokol
kesehatan di masa kenormalan baru nanti,” imbuh Satriwan.
Sebagai
informasi, survei itu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana kesiapan sekolah dalam menghadapi kenormalan baru seandainya
sekolah dibuka kembali. Pengumpulan data mulai dari 6-8 Juni 2020 dengan
melibatkan sebanyak 1.656 responden yang meliputi guru, kepala sekolah,
manajemen sekolah atau yayasan dari berbagai jenjang pendidikan dasar
hingga menengah di 34 provinsi dan 245 kota/kabupaten seluruh wilayah
Indonesia.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui
kuesioner tertutup dan terbuka (mixed) berbasis web yang menggunakan
aplikasi Google Form, yang disebarkan melaui aplikasi Whatsapp ke
seluruh jaringan FSGI. Sementara, teknik analisis datanya dilakukan
dengan mengkaji kecenderungan jawaban atau pilihan guru terhadap setiap
pertanyaan maupun pernyataan yang diajukan pada kuesioner.